Rabu, 31 Maret 2010

profil Syech Ahmad bin Muhammad Attijani

Profil Syekh Ahmad Al-Tijani
Oleh Dr. KH. Ikyan BadruzzamanNama Syekh Ahmad al-Tijani (1150-1230 H, 1737-1815 M) dikenal di dunia Islam melalui ajaran thariqat yang dikembangkannya yakni Thariqat Tijaniyah. Untuk mengetahui kehidupan Syekh Ahmad al-Tijani, penulis menelusurinya melalui Kitab-kitab yang memuat kehidupan dan ajaran Syekh Ahmad al-Tijani terutama kitab-kitab yang di tulis Khalifah Syekh Ahmad al-Tijani diantaranya kitab Jawahir al-Ma`ani (Mutiara-mutiara Ilmu). tulisan Syekh Ali Harazim.Dalam kitab-kitab yang menulis kehidupan Syekh Ahmad al-Tijani, disepakati bahwa Syekh Ahmad al-Tijani, dilahirkan pada tahun 1150 H. (1737 M.) di `Ain Madi, sebuah desa di Al-jazair. Mengenai tanggal kelahirannya sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Secara geneologis Syekh Ahmad al-Tijani memiliki nasab sampai kepada Rasulullah saw. lengkapnya adalah Abu al-Abbas Ahmad Ibn Muhammad Ibn Mukhtar Ibn Ahmab Ibn Muhammad Ibn Salam Ibn Abi al-Id Ibn Salim Ibn Ahmad al-`Alawi Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn Abbas Ibn Abd Jabbar Ibn Idris Ibn Ishak Ibn Zainal Abidin Ibn Ahmad Ibn Muhammad al-Nafs al-Zakiyyah Ibn Abdullah al-Kamil Ibn Hasan al-Musana Ibn Hasan al-Sibti Ibn Ali Ibn Abi Thalib, dari Sayyidah Fatimah al-Zahra putri Rasuluullah saw.Nama al-Tijani diambil dari suku Tijanah yaitu suatu suku yang hidup di sekitar Tilimsan, Aljazair; dari pihak ibu, dan Syekh Ahmad al-Tijani berasal dari suku tersebut. Keluarga Syekh Ahmad Al-Tijani adalah keluarga yang dibentuk dengan tradisi taat beragama. Dikatakan, bahwa ayah Syekh Ahmad al-Tijani adalah seorang ulama yang disiplin menjalankan ajaran agama. Ketika Syekh Ahmad al-Tijani memasuki usia balig dinikahkan oleh ayahnya. Sejak usia berapa tahun beliau menikah? Dalam kitab-kitan yang menulis riwayat hidup Syekh Ahmad al-Tijani tidak dijelaskan. Namun apabila dihubungkan dengan tahun meninggal kedua orang tuanya, mereka meninggal berturut-turut pada tahun yang sama yakni tahun 1166 H. Diduga beliau nikah antara usia 15-16 tahun, sebab beliau lahir pada tahun 1150 H. Dari hasil pernikahannya beliau mempunyai dua orang putra yakni Muhammad al-Habib dan Muhammad al-Kabir yang kelak secara berturut-turut memimpin zawiyah (pesantren Sufi yang beliau dirikan).Mengenai tempat meninggalnya, dalam kitab-kitab yang menulis Syekh Ahmad al-Tijani, disepakati bahwa beliau wafat di kota Fez Maroko. Hal ini bisa dimengerti karena sebagaimana akan dilihat nanti, di kota ini Syekh Ahmad al-Tijani mempunyai kesempatan untuk mengembangkan ajarannya dengan dukungan penguasa. Dengan demikian tidak ada alasan bagi beliau untuk meninggalkan Maroko. Sebagaimana tempat wafatnya, tahun wafatnyapun disepakati, yakni beliau wafat pada tahun 1230 H., dengan demikian beliau wafat dalam usia 80 tahun, karena beliau lahir pada tahun 1150 H. Demikian juga mengenai hari dan tanggal wafatnya, disepakati bahwa beliau wafat pada hari Kamis, tanggal 17 Syawal dan dimakamkan di kota Fez Maroko.

Kamis, 25 Maret 2010

thoriqoh attijaniyah

Mu’assis Thoriqoh Tijaniyyah ini adalah wali khatmi wal katmi Sayidisy Syaikh Abul ‘Abbas Ahmad bin Muhammad At-Tijani Radliallahu ‘anhu (1150-1230 H). Jalur nasab ayahnya bersambung sampai kepada Sayidina Hasan As-Sibthi bin Ali bin Abi Thalib radliallahu anhum.

Pada tahun 1196 H, Syaikh Ahmad At-Tijani pergi ke sebuah tempat yang tenang dan barokah di padang sahara, yang di situ tinggal seorang wali agung Abu Samghun. Di tempat itu beliau memperoleh Alfath al-Akbar (anugerah yang sangat besar) dari Allah SWT, yaitu bermuwajahah (bertatap muka) dengan Rasulullah SAW. secara yaqdhah (keadaan jaga/bukan mimpi). Pada saat itu Rasulullah mentalqin beliau untuk;

a). Wirid istighfar 100 kali dan shalawat 100 kali, dan

b). mentalqinkan wirid tersebut kepada umat Islam yang berminat sekalipun berdosa.

Dan juga bersabda kepada Beliau: ”Tidak ada karunia bagi seorang makhluk pun dari para guru thoriqoh atas kamu. Akulah Washilah/perantaramu dan pembimbingmu dengan sebenar-benarnya, maka tinggalkanlah semua thoriqoh yang telah kamu ikuti.”

Pelaksanaan wirid tersebut berjalan selama empat tahun. Dan pada tahun 1200 H, wirid itu disempurnakan oleh Rasulullah SAW. dengan ditambah “hailallah” (Laa ilaaha illallah).

Thoriqoh Tijaniyah ini tersebar luas di Mesir, Kepulauan Arab, sebagian penjuru Asia, Afrika Hitam, dan juga di barat Afrika.

Para pengikut Thoriqoh ini mempunyai sumbangan yang besar terhadap Islam, karena mereka telah menyebarkan prinsip-prinsip Islam ke tengah-tengah kaum penyembah berhala di Afrika, dan memasukkan mereka ke dalam Islam, sebagaimana sumbangan mereka yang juga besar dalam menolak misi para misionaris Nasrani di Afrika.

Kitab tentang sejarah thoriqoh ini serta dzikir-dzikirnya telah ditulis oleh para guru Tijaniyah, yaitu Jawahirul Ma’ani wa bulughul Amani fi Faidl Asy-Syaikh At-Tijani atau yang juga dikenal dengan kitab Al-Kanais.